Ngomongin penyakit Kusta, mungkin masih banyak orang yang belum tau kalau di Indonesia masih ada penderitanya terutama di daerah daerah terpencil yang tingkat kebersihannya kurang.
Saya yang tinggal di jakarta dan kebetulan saya juga kader Dasawisma, dimana tugas kami mendata seluruh warga yang tinggal di lingkungan kami, belum pernah menemukan pasien kusta.
Setiap warga seperti lansia, balita ataupun warga yang sakit dan mengalami disabilitas selalu kami catat dan kami laporkan. Apalagi yang huniannya kurang sehat pasti ter record kader dasawisma dan ditindak lanjuti oleh Puskesmas.
Laporan kami selalu terpantau oleh Puskesmas. Dimana jika di temukan kasus penyakit yang lagi concern di gaungkan pemerintah otomatis Puskesmas akan berkordinasi dengan Kelurahan untuk di tindak lanjutin.
Penyakit Kusta
Di Indonesia penyakit kusta masih banyak di temukan kasus kasus baru setiap tahunnya, walau persentasenya semakin menurun, Pemerintah selalu cepat bertindak dalam mengeliminasi daerah daerah yang terjangkit.
Kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (mycobacterium leprae). Kusta menular melalui saluran pernafasan. Gejala awal kusta ditandai dengan timbulnya bercak merah ataupun putih pada kulit dan akan merusak saraf di tempat yang terjangkit.
Jika tidak diobati, penyakit kusta berpotensi menimbulkan kecatatan. Sering sekali penderita kusta akan mengalami diskriminasi baik kepada penderita maupun keluarga.
Saya baru mengetahui penyakit kusta setelah mengikuti sosialisasi dari youtube live berita KBR.
Diacara kemarin bersama Radio KBR, Talk show ruang publik KBR mengangkat tema “Peran pemerintah dalam upaya peningkatan taraf hidup OYPMK“, membuka mata saya bahwa : Pemerintah dibawah Kementrian Kesehatan telah berupaya memperhatikan hak hak OYPMK di masyarakat.
Pemerintah memang sangat perlu menjembatani dan mensoundingkan bahwa OYPMK memiliki hak yang sama sama dengan masyarakat lainnya seperti yang disampaikan oleh dr. Agus Suprapto, DRG, Mkes perwakilan dari Deputi Bidang kordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK RI
Radio KBR juga mengundang mas Mahdis Mustafa, OYPMK berdaya yang merupakan SPV Cleaning service di salah satu PT. Azaretha Hanatrading (perusahaan Outsourching di kota Makasar).
Mas Mahdis menceritakan perjalanannya ketika pertama sekali terdiagnosa kusta saat berusia 25 thn. Awalnya mas Mahdis mengetahui penyakitnya hanya alergi biasa tapi lama kelamaan ia mengetahui kalau ia menderita kusta karena berpikir “minum obat lama sekali tapi kok tidak sembuh-sembuh“.
Orang tua mas Mahdis memberi pesan ke petugas Puskesmas jangan pernah memberi tahu penyakit anaknya, karena hawatir anaknya stress. Dan benar mas Mahdis stress berat setelah mengetahui kalau dirinya kusta.
Walau kepikiran terus, mas Mahdis tetap minum obat hingga dinyatakan sembuh oleh dokter. Setelah itu ia mulai memikirkan untuk melamar pekerjaan.
Ketika melamar pekerjaan mas Mahdis selalu menyampaikan kalau ia OYPMK ia ikhlas jika nantinya tidak diterima dipekerjaan karena OYPMK. Dan akhirnya mas Mahdis alhamdulilah diterima bekerja di perusahaan outsourching yang bergerak di bidang kebersihan (Cleaning Service).
Selama bekerja mas Mahdis sering mengalami diskriminasi atau di kucilkan. Walau awalnya tidak terima tapi lama kelamaan mas Mahdis mulai terbiasa dan menerima perlakuan tersebut.
Sering mengalami hal yang tidak mengenakkan, membuat mas Mahdis tergerak untuk menjadi orang yang lebih peduli dengan para penderita kusta ataupun OYPMK termasuk di kantor tempat mas Mahdis bekerja.
Mas Mahdis bertekad untuk bisa merubah stigma dimasyarakat kalau orang OYPMK “orang yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki skill”.

Memang sulit sekali merubah stigma tersebut. Penderita kusta sangat sulit menempuh pendidikan karena banyak yang tidak menerima mereka berbaur dengan masyarakat umum sehingga mereka terkucilkan dari dunia apapun.
Padahal yang kita ketahui, orang yang sedang minum obat kusta persentase menularkannya minim sekali apalagi kalau sudah dinyatakan sembuh.
Selain mas Mahdis, banyak juga teman teman atau bawahan mas Mahdis OYPMK. Disini mas Mahdis mengajak dan mengingatkan teman temannya yang masih minum obat untuk rutin dan disiplin minum obat dan tetap menjaga kebersihan dan kesehatan.
Mas Mahdis memberi pesan untuk para OYPMK :
Jangan Pikirkan Kata Orang. karena tidak semua orang berpikiran negatif dengan para OYPMK. Wajar jika mereka merasa takut karena hawatir tertular. Yang terpenting kita tetap minum obat supaya tidak menularkan orang lain dan selalu menyikapinya dengan happy. Jangan pedulikan mereka mau ngomong apa
Gali Potensi Diri. Jangan minder walau OYPMK. Gali terus bakat dan kemanpuan diri kamu karena kita semua berguna dan punya kesempatan yang sama asalkan kita mau. Bekerja tidak harus dikantor tapi bekerjalah sesuai dengan kemampuanmu, seperti : Kurir, Driver, Penjahit dan lainnya. Tetap belajar mencari ilmu dan percaya apa yang kita miliki.
Jujur atau terbuka saat melamar Pekerjaan. Sampaikan kalau kita OYPMK saat melamar pekerjaan pada HRD, jangan ditutupi. Selalu ambil kesempatan yang ditawarkan dimanapun walau kita memiliki keterbatasan fisik.
Tetap selalu jaga kesehatan bagi para penderita ataupun OYPMK. Karena ketika kita sehat, otomatis kita bisa bekerja secara optimal dan menjaga kinerja diri kita.
Kesimpulaan
Kita sebagai masyarakat awam wajib sekali membantu para penderita atau OYPMK untuk mau menyembuhkan diri mereka, berdikari dan berprestasi sama seperti orang lain. Mereka semua harus bisa berdaya seperti mas Mahdis dan mereka semua sangat membutuhkan perhatian dari kita.
Yuk kita sama sama patahkan stigma tersebut dan terus berdaya para OYPMK…